Puisi Nero Taopik Abdillah
Kemarin anak-anak saling menghunus parang
membasuh ibu dengan amarah dan darah
Sengaja aku menemui ibu dengan napas yang singkat
meraba udara panas, bercakap dengan sepasukan laron
yang hinggap di gelas-gelas kopi serta sajak yang tegap berdiri
di tengah kemenangan sepasang turis lokal
yang mengusung peta ke pusat kota
Reklame, aku tak sempat menjambangi kemenangan
selalu tubuh ibu yang kumuh, diguyur limbah
dijejali sampah dan dicekoki ramuan asing
Ibu dengan lemak, dengan kolesterol, dan darah tinggi
Semacam rute, semacam sejarah yang kekal
Ada luka pada kulit, tulang dan daging ibu
Dan seribu anak menagih susu, berdesakan
saling menuding: akulah yang paling berhak!
Oktober 2012